“ ibu anak saya sekarang usianya 3 tahun bu, tapi kerjaannya corat-coret kertas melulu itu kenapa yak?” Tanya orangtua kepada seorang yang belajar ilmu pendidiakan anak. “ sebentar bu saya lihat catetan teori perkembangan….” Setelah melihat seorang ahli itu mengatakan “menurut catatan saya, anak sedang mengalami masa perkembangannya bu, itu anak sedang mengembangkan motorik halusnya, arahkan saja dengan mencoret-coret bu, sediakan kertas dan pensil sebagai alat ekspresi anak tersebut”. Itulah jawaban seorang yang belajar ilmu pendidikan anak.
Hal ini pernah saya lontarkan kepada teman saya yang juga belajar dibidang yang sama, beliau sempat tidak setuju dengan pernyataan ini. dia bilang ini hanya leluconan mahasiswa saja.
Heheheheee… tunggu dulu brother insyaAllah saya akan pertanggungjawabkan kata-kata saya dengan sedikit ilmiah kok yaa walaupun sedikit, tapi kita bisa sama-sama menilai, pantas gak yak jika disebut dengan ‘ilmu perakiraan’. Hehe lucu kali yak.
Mari kita bahas…
Saya ambil contoh sejarah seorang bapak ilmu perkembangan bernama JJ Rousseau yang hidup di abad 17 M. ya beliau adalah bapak deveplomentalis. Hari ini karya beliau itu di ikuti ilmuan sekelas Montessori, piaget, dsb. Ya, namanya juga bapak deveplomentalis. Tapi yang menariknya saat saya membaca biografi beliau, wuuiiihhhh…. Kaget betul dengan kelakuan hidup beliau. Ya hal yang saya pandang itu mustahil untuk dilakukan seorang sekelas Rousseau, ternyata itu ada di dalam sejarah-nya. Hehe jadi inget penggalan lagu “….kelakuan sikucing garong”.
sebenarnya Apa sih yang dilakukan bapak deveplomentalis kita?
Dalam sejarah, beliau dibesarkan dari keluarga sederhana, ibunya meninggal saat melahirkan beliau, dan sejak itu diasuh oleh bibinya. Rousseau tumbuh menjadi anak yang pendiam, karena intervensi dari keluarga sehingga masa kecilnya dihabisakan dengan membaca novel milik ibunya. Tapi siapa sangka , anak pendiam ini saat tumbuh menjadi seorang remaja sudah mulai belajar cara menaklukan perempuan, maka sejak itu Rousseau sudah mulai menggaet perempuan2 kerajaan untuk menjadi pemasok keuangan hidupnya…. Hehehe sang ilmuan penggaet wanita.
lalu yang lebih diluar akal nalar saya adalah, usia 33 tahun, bapak deveplomentalis ini menghamili seorang budak tukang cuci.. wuuiiihhhh…. Menghamili?? dan yang lebih luar biasanya lagi, dari hasil hubungan itu didapatkan 5 anak, dan semua anak itu dibuang di depan panti Negara ( tempat pembuangan anak yang lahir bermasalah). Dan rousseau belum sempat memberikan nama anaknya… hohohoho…. Kelakuannya seorang bapak deveplomentalis… saya teringat sebuah cerita tentang bagaimana seorang ulama yang tertolak atau diragukan perawian haditsnya hanya gara-gara tidak jadi memberikan makan ke kambing. Heheheeee.. padahal sederhana banget yak, hanya tidak jadi memberikan makan kambing, tetapi hadits yang di rawikan itu langsung diragukan. ya karena ulama itu harus terjaga dalam hal-hal yang buruk, agar ilmu atau karyanya dapat berkah dari Allah. Namun jika ada orang yang sudah menghamili ditambah membuang anaknya??? Hehehe apa pantes orang ini bicara tentang anak yak??. Waahhh bisa jadi ilmu itu gak akan berkah kali yak, atau bisa jadi ilmu itu tingkat kebenarannya diragukan bahkan tidak ada kebenarannya.
Lalu dimana tentang ilmu kira-kiranya?
Naah ini, dalam sejarah rousseau itu memunculkan sebuah buku yang sangat fenomenal dengan judul Emile. Karya ini berisi tentang pengamatan Rousseau terhadap anak asuhannya. Tapi terjadi perbedaan antara ilmuan yeng berkaitan anak yang diasuh rousseau itu anak sungguhan atau anak khayalan?? Nahh loh…. Itu aja masih di perdebatkan.. seandainya anak ini adalah anak sungguhan, sepertinya rousseau hanya memperkirakan perkambangan waktu ke waktu anak ini, tapi yang lebih parahnya lagi adalah jika anak ini anak khayalan?? heheheeee berarti cara pembuatan karyanya hanya menggunakan imajinasi seorang rouessau. Betul gak??
"Ilmu Perkiraan" atau "ilmu Khayalan"
Jundi Rabbani_Pesantren Guru
0 Response to ""ilmu kira-kira" dalam pendidikan"
Posting Komentar