BOJONEGORO (voa-islam.com) – Banyak wanita yang memiliki kecenderungan menggantungkan kebahagiaan pada materi, di antaranya kecantikan wajah dan perhiasan. Akibatnya, jika kecantikan dan perhiasan tersebut tidak terpenuhi, maka banyak wanita yang merasa kurang bahagia.
Hal ini diungkapkan oleh Dra Hj Kastini S Kaspan MPd, dalam acara pelatihan kewanitaan “Inner Beauty for Inner Happiness,” di Gedung Wanita Bojonegoro, Sabtu (25/12/2010). Acara sehari bertajuk “Inner Beauty, Never Ending Beauty: Membuat Anda Cantik Seutuhnya dan Rasakanlah Pengalaman Menakjubkan Dalam Diri Anda” ini diselenggarakan oleh Yayasan Yatim Mandiri Pusat, sebagai persembahan spesial di Hari Ibu. Pelatihan berlangsung sukses, dihadiri oleh masyarakat umum dan para donatur panti asuhan Yatim Mandiri yang berasal dari kota Bojonegoro dan Tuban.
Menurutnya, wanita saat ini merasa kurang bahagia karena dipengaruhi oleh pandangan masyarakat yang salah tentang arti kebahagiaan itu sendiri. Misalnya, orang baru dikatakan bahagia kalau misalnya mempunyai suami yang kaya atau mencukupi segala kebutuhannya, mempunyai derajat atau status sosial di masyarakat yang tinggi, atau memiliki anak-anak yang sukses, dan seterusnya.
“Akibatnya, ketika hal-hal yang dipersyaratkan itu tidak ada, maka mereka merasa tidak bahagia,” papar magister pendidikan dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini.
Wanita merasa kurang bahagia atau tidak bahagia adalah lantaran standar kebahagiaan yang mereka buat sendiri. Padahal kebahagiaan adalah suatu pilihan.
“Bahagia itu kan perasaan. Karena itu, kita bisa tumbuhkan sendiri. Dalam keadaan apa pun, kita bisa memutuskan mau bahagia atau tidak. Jadi, bahagia itu tidak perlu syarat,” jelasnya.
Sedangkan inner beauty sendiri, sejatinya ialah bagaimana para wanita, khususnya wanita muslimah, menyadari tanggung jawabnya sebagai seorang ibu, istri, dan muslimah. “Bukan hanya kalau sudah menjadi ibu lalu menjalani kehidupan apa adanya, tidak ingin belajar lagi atau tidak ingin meningkatkan lagi kemampuannya,” ujar ibu empat putra dan satu putri itu.
Ia menekankan, menjadi seorang wanita itu harus terus belajar dan cerdas, yaitu wanita yang selalu meningkatkan kemampuan manajemen qalbunya. Misalnya, kalau seseorang sudah menjadi istri atau ibu, banyak masalah yang dihadapi. Semua itu pasti membuat hati seorang ibu sedih atau menderita.
“Nah, bagaimana mengatasi hal yang demikian itu, supaya tidak menjadi problem. Kalau kita selalu belajar, ada masalah kita berpikir dan belajar, maka kita selalu naik kelas setiap mendapatkan ujian, sehingga kita lama-lama menjadi wanita yang tangguh, wanita yang mempunyai pribadi yang hebat, wanita yang bersabar, bersyukur, yang tidak sombong,” jelasnya.
Dengan demikian, inner beauty yang sejati adalah akhlak. Anehnya, masyarakat saat ini, kalau diajak memperbaiki akhlak atau menjadi wanita shalihah (mar’atush shalihah), tidak ada yang tertarik. Untuk menyiasati hal itu, maka Kastini S Kaspan menggunakan istilah inner beauty untuk menarik ibu-ibu atau para wanita.
“Karena semua wanita ingin cantik, maka kalau diajak cantik, semua wanita pasti mau. Padahal, konsep cantik itu bukan pada make-up, bukan pada tampilan luar. Sekarang tampilan luarnya oke, tapi kalau akhlaknya tidak bagus, siapa yang mau dekat,” kata Kastini yang sejak tiga tahun terakhir aktif memberikan training inner beauty itu.
Jadi, kunci inner beauty adalah sabda Nabi dalam hadits, bahwa dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah. Jadi, kalau para wanita itu menjadi wanita yang shalihah, maka menurut dia itu sudah secantik-cantik wanita.
Wanita, lanjut Kastini, tidak usah macam-macam, karena wanita sudah cantik. “Jadi, kalau wanita itu sudah shalihah, maka dia sudah cantik. Nah, shalihah itu adalah akhlak itu sendiri. Dunia ini penuh perhiasan, tapi kata Rasulullah yang paling indah adalah wanita yang shalihah. Semuanya tidak ada artinya kalau wanita tidak shalihah. Seseorang itu akan hancur kalau istrinya tidak karuan walaupun dia sudah memiliki segalanya,” ujar Kastini mengingatkan sembari terharu.
Kastini S. Kaspan juga meluruskan bahwa inner beauty bukan hanya untuk wanita, tapi untuk pria juga. Sebab, menurutnya, inner beauty adalah suatu ‘keindahan universal’. Bahkan, tambah Kastini, makhluk yang memiliki inner beauty paling besar itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Rasulullah itu orang yang sangat tampan. Bukan hanya tampan secara fisik saja, tapi siapa orang yang tidak menyukai Rasulullah? Tidak ada. Setiap orang yang bertemu Rasulullah, mereka pasti senang melihat beliau. Itu bukan karena wajahnya saja, tetapi inner beauty itu terpancar pada diri Rasulullah. Akhlak beliaulah yang memancarkan inner beauty seperti itu,” tandas Kastini S. Kaspan.
Menurut Kastini S. Kaspan, kalau seseorang menjalankan cara-cara supaya memperoleh inner beauty, maka orang tersebut akan menjadi bahagia, dan kebahagiaan itulah yang akan memunculkan ‘kecantikan’ itu (inner beauty). Menurutnya, dua hal itu (inner beauty dan happiness) berkesinambungan.
Sebenarnya, cantik itu ‘ekspresi’. Maka, sambung Kastini, secantik apa pun seseorang, kalau dia stres atau sedih, maka dia akan jelek. “Nah, kita para perempuan ini lebih banyak menghabiskan uangnya untuk outer beauty ketimbang inner beauty. Coba, berapa rupiah untuk beli kosmetik tiap bulan. Tapi, untuk memperbaiki dirinya sendiri atau akhlaknya, berapa rupiah dia investasikan atau berapa waktunya dia investasikan, tidak imbang. Jadi, kita timpang, istilahnya pakai topeng. Topeng atau casing-nya saja yang bagus?!” pungkasnya. [Bambang Prianggodo]
(voa-islam.com)
0 Response to "Meraih Inner Beauty & Inner Happiness Sejati Sesuai Petunjuk Nabi"
Posting Komentar