Pada suatau hari Seorang santri memanfaatkan hari liburnya untuk berburu. Walau tidak ahli dalam berburu, ia bergaya dengan pakaian ala koboy lengkap dengan senapannya. Lokasi yang dituju adalah sebuah hutan yang terletak kira-kira 20 km dari rumahnya.
Sesampainya di hutan , ia langsung menembak apa saja mencurigakan walaupun sasarannya tidak jelas . Peluru-peluru yang dimuntahkannya memikik suara. Hutan yang tadinya hening sepi kini seakan terjadi saling baku tembak.
Tak lama kemudian, suara itu terhenti karena peluru senapannya habis. Namun diluar dugaan, terdengarlah raungan keras raja hutan yang pekakkan telinga, sadar dirinya dalam bahaya, ia sekencang-kencangnya, hingga mengantarkannya di bibir sebuah jurang
Langkahnya terhenti, lalu ia menoleh ke arah belakang, seketika mimik wajahnya langsung , karena harimau itu berdiri gagah di hadapannya. Dalam suasana genting seperti itu dia teringat akan dzikir-dzikirnya, bibirnya langsung berkomat kamit membaca semua dzikir yang dihafalnya.
Sorot matanya membeliak ketika ia melihat si raja hutan angkat tangan. Setetes kedamaian langsung menghinggapi jiwanya , karena ia yakin harimau itu berbalik menyerah. Ia hampiri si raja hutan itu untuk meyakinkannya, namun wajahnya bertambah pucat ketika mendengar si raja hutan membaca “Allahumma bariklana fima razaktana wakina adzabannar” (Doa sebelum makan)
Read Users' Comments (0)
Langganan:
Postingan (Atom)